Friday, May 06, 2005

Farsi, Baha'i ...dan banyak lagi!

Aku barusan menghadiri pesta atau lebih tepat "kumpul-kumpul" yang diprakarsai seorang teman, Alex Bøysen. Dia tinggal di kompleks asrama mahasiswa Sogn, 15 menit jalan kaki dari Kringsjå tempat aku tinggal. Alex adalah orang Norwegia yang menganut agama Baha'i, sebuah aliran agama yang berasal dari Iran dan saat ini mengalami hambatan politis dari rejim berkuasa.

Aku dan Dhani, mahasiswa Indonesia, sebelum berangkat ke tempat Alex cukup berhitung-hitung seperti apakah acaranya. Alex cukup terkenal dengan kecenderungannya pada hal-hal religius yang bila diperbincangkan secara berlebihan dalam forum umum agak kurang pas. Suatu hal yang sering terlupakan oleh para antusias religius.

Ternyata tidak seperti yang kami bayangkan. Pertemuan kebanyak dihadiri oleh kenalan-kenalan Alex di kuliah bahasa Persia. Bahkan diantara yang datang ada seorang profesor tua berjanggut putih panjang. Konon bapak ini adalah orang yang menguasai bahasa terbanyak di dunia: 68 bahasa! Dan hampir semua tamu yang datang, yang sama-sama berkuliah di jurusan Persia itu, mengagumi profesor itu. Hanya aku, Dhani dan dua wanita Iran Baha'i yang masih bertanya-tanya sejauh mana kebenaran decak kagum para murid itu. Well, mungkin cuma aku saja sih! :)

Singkat cerita, we had a good time! Obrolan dan canda-tawa terlontar cukup lancar dan mengalir melibatkan hampir semua pihak tanpa ada dominasi interest dari sebagian orang. Aku kenal lebih banyak orang dari pertemuan ini. Satu orang bekerja di SINTEF (lembaga riset di Norwegia) yang kantornya bersebelahan dengan gedung kampusku. Satu orang lagi ternyata ibunya orang Indonesia yang bersuamikan orang Iran. Dua wanita Baha'i itu sudah pernah ketemu, jadi kali ini mempererat persahabatan saja. Pertemuan diakhiri dengan bertukar nomor telpon atau sekedar janji bertemu lagi dilain waktu (tidak konkret).

Aku ingat kalimat muridku di PT Sorini (Jatim) saat aku dikirim ILP dalam rangka Company Course. Seorang muridku, yang sempat tinggal belajar di Jerman beberapa waktu, bilang bahwa di Eropa itu tidak begitu mudah berbicara dengan orang tak dikenal seperti di Indonesia, tapi bila percakapan telah dimulai maka persahabatan itu lebih mudah terjadi. Ini bukan harga mati, tapi aku merasakan kebenarannya. Dunia ini ternyata kecil saja!

2 Comments:

At 2:22 AM, Blogger Q said...

Wah, gua pertama kali tau Bahai waktu SMA. Dulu ada student exchange dari amrik, dan sempat diskusi aneh2 dan nyerempet ke Bahai ini.

 
At 3:06 AM, Blogger Irwan Syahrir said...

Iya, mereka, temen2 Baha'i dari Iran, kasihan juga mengalami diskriminasi oleh rejim pemerintah sekarang.

 

Post a Comment

<< Home