Wednesday, October 25, 2006

The Plague to The Black Book and Catch-22

Aku kehilangan minat untuk meneruskan The Plague-nya Albert Camus. Sejauh ini aku sudah sampai halaman 115 dari 238. Aku sudah mulai akrab dengan tokoh-tokohnya, kota kecil Oran berikut masalah wabah penyakit yang sedang menimpanya. Tapi, begitulah, aku kehilangan momentum. Tidak ada dorongan untuk mengetahui akhir cerita. Paling tidak untuk saat ini. Dialog-dialognya juga tidak membuaiku, tidak membuatku tenggelam. A little depressing. Sesuatu yang saat ini aku tidak begitu perlu.

Walaupun begitu ada satu paragraf yang menarik untuk dikutip. Dialog antara Tarrou dan si dokter yang terus berjuang melawan wabah penyakit, walaupun dia tahu bahwa usahanya ini seperti tidak akan membawa hasil berarti:
"Why are you yourself so dedicated when you don't believe in God?"
Without emerging from the shadows, the doctor said that he had already answered that: if he believed in an all-powerful God, then he would stop healing people and leave it up to Him. But since no one in the world believed in a God of that kind - not even Paneloux who thought that was what he believed - because no one abandoned himself entirely to Him, in this at least Rieux felt he was on the right path, in struggling against the world as it was.

Aku mendapat hadiah ulang tahun The Black Book nya Orhan Pamuk. Tentu saja ini akan kunikmati sebagai bacaan waktu senggangku. Aku sudah tahu bahwa Pamuk bukanlah bacaaan yang "mudah". Jadi tidak perlu menunggunya selesai untuk memulai buku lain.

Suatu saat aku sempat berbicara dengan seseorang yang bekerja di AETAT (sebuah biro tenaga kerja pemerintah Norwegia) mengenai situasiku. Dan dia bilang, "Wah, kamu terjebak dalam Catch-22". Aku jadi bengong gak tahu harus bereaksi apa. "Itu lho situasi yang digambarkan dalam novel Catch-22". Seakan itu adalah sebuah pengetahuan umum. Orang yang cukup punya selera humor itu lalu menjelaskan arti ungkapannya tadi.

Anyway, sekarang aku sedang mulai membaca Catch-22. Sebagian besar karena dialog diatas, sebagian lain karena memang aku punya kebiasaan untuk mengabadikan sebuah moment dengan novel sebagai mementonya. Momen kali ini adalah interview tahap akhirku dengan Bekk Consulting A/S. Sebuah perusahaan konsultan TI yang, mudah-mudahan, bakal merekrutku. Namun apapun hasil akhirnya nanti, pengalaman ini semakin memperjelas arah yang akan aku ambil dalam karirku. Let's see.

Jadi, Pak Camus, selamat menunggu lagi ya. Suatu saat nanti akan kuselesaikan The Plague mu. :-)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home