Sunday, October 29, 2006

What are you trying to say, Kafka?

Kafka, nama yang sering disebut-sebut di berbagai media sastra. Bahkan ada kata bahasa Inggris "kafkaesque" yang artinya "of, relating to, or suggestive of Franz Kafka or his writings; esp: having a nightmarishly complex, bizarre, or illogical quality". Jadi, kuduga dia adalah figur yang penting.

Kucobalah membaca (tepatnya, mendengar) karya dia lewat audio book di iPod ku. Kulakukan ini sambil melakukan kebiasaan hari minggu: trekking ke hutan. Ini adalah keistimewaan tinggal di Norwegia. Hutan dan danau banyak sekali dan mudah dijangkau. 10 menit dari tempat tinggalku ada danau Sognsvann yang cukup besar dan dikelilingi hutan yang menarik untuk dijelajahi. Setiap hari minggu tempat ini dipenuhi oleh orang-orang tua dan muda. Motto mereka "Å gå på tur, aldri sur", yang artinya, "Selalu berjalan kaki, kita takkan pernah bersedih".

Balik ke Kafka, aku mendengarkan buku audio "The Castle". Setelah melampaui bab 8, aku jadi begitu muak. What the hell is he trying to say? What is the point of all this? Dia menghabiskan banyak waktu untuk membicarakan masalah yang menurutku tidak penting. Sejauh ini aku tidak tahu novel ini mau dibawa kemana. Dengan nyinyirnya, dia menuliskan tentang bagaimana K (si tokoh utama) yang bakal menjadi surveyor tanah bagi penguasa kastil, yang tidak dapat akses ke kastil tersebut. Dia berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang tinggal di sekitar istana tersebut dengan karakter-karakter yang menurutku absurd. Not in a good sense.

Dan bahasa yang dipakai (versi inggris) juga bahasa yang sangat formal menurut telinga jaman ini. Aku tidak terlalu keberatan dengan hal itu. Kafka seperti hendak menguji kesabaranku. 10 bab yang tidak jelas apa maksudnya, dan bahkan tidak menarik. Tidak ada elemen-elemen yang biasanya membuatku terhipnotis dan ingin terus membacanya.

Kenapa Kafka jadi begitu terkenal?

Namun jangan salah, tulisan ini cuma mempertanyakan karya yang berjudul The Castle ini. Aku pernah baca karya Kafka yang lain dan terpesona: "Metamorphosis".

Mungkinkah aku yang belum banyak tahu tentang penulis ini? Maybe....

Wednesday, October 25, 2006

The Plague to The Black Book and Catch-22

Aku kehilangan minat untuk meneruskan The Plague-nya Albert Camus. Sejauh ini aku sudah sampai halaman 115 dari 238. Aku sudah mulai akrab dengan tokoh-tokohnya, kota kecil Oran berikut masalah wabah penyakit yang sedang menimpanya. Tapi, begitulah, aku kehilangan momentum. Tidak ada dorongan untuk mengetahui akhir cerita. Paling tidak untuk saat ini. Dialog-dialognya juga tidak membuaiku, tidak membuatku tenggelam. A little depressing. Sesuatu yang saat ini aku tidak begitu perlu.

Walaupun begitu ada satu paragraf yang menarik untuk dikutip. Dialog antara Tarrou dan si dokter yang terus berjuang melawan wabah penyakit, walaupun dia tahu bahwa usahanya ini seperti tidak akan membawa hasil berarti:
"Why are you yourself so dedicated when you don't believe in God?"
Without emerging from the shadows, the doctor said that he had already answered that: if he believed in an all-powerful God, then he would stop healing people and leave it up to Him. But since no one in the world believed in a God of that kind - not even Paneloux who thought that was what he believed - because no one abandoned himself entirely to Him, in this at least Rieux felt he was on the right path, in struggling against the world as it was.

Aku mendapat hadiah ulang tahun The Black Book nya Orhan Pamuk. Tentu saja ini akan kunikmati sebagai bacaan waktu senggangku. Aku sudah tahu bahwa Pamuk bukanlah bacaaan yang "mudah". Jadi tidak perlu menunggunya selesai untuk memulai buku lain.

Suatu saat aku sempat berbicara dengan seseorang yang bekerja di AETAT (sebuah biro tenaga kerja pemerintah Norwegia) mengenai situasiku. Dan dia bilang, "Wah, kamu terjebak dalam Catch-22". Aku jadi bengong gak tahu harus bereaksi apa. "Itu lho situasi yang digambarkan dalam novel Catch-22". Seakan itu adalah sebuah pengetahuan umum. Orang yang cukup punya selera humor itu lalu menjelaskan arti ungkapannya tadi.

Anyway, sekarang aku sedang mulai membaca Catch-22. Sebagian besar karena dialog diatas, sebagian lain karena memang aku punya kebiasaan untuk mengabadikan sebuah moment dengan novel sebagai mementonya. Momen kali ini adalah interview tahap akhirku dengan Bekk Consulting A/S. Sebuah perusahaan konsultan TI yang, mudah-mudahan, bakal merekrutku. Namun apapun hasil akhirnya nanti, pengalaman ini semakin memperjelas arah yang akan aku ambil dalam karirku. Let's see.

Jadi, Pak Camus, selamat menunggu lagi ya. Suatu saat nanti akan kuselesaikan The Plague mu. :-)

Thursday, October 12, 2006

Nobel Sastra 2006

Aku senang dengan pengumuman nobel sastra tahun ini. Penulis pemenangnya adalah penulis yang karyanya sudah aku suka sebelum dia memenangkan hadiah tersebut. Banyak penulis lain yang menarik perhatianku karena mereka sudah memenangkan hadiah tersebut.

Kenapa aku senang dengan berita ini? Malu juga mengakuinya. Tapi paling tidak selera sastraku gak jelek-jelek amat :)

Selamat Pak Orhan! Aku jadi lebih tahu tentang Turki dan kegelisahannya lewat untaian kata-katamu. Aku, sebagai orang Indonesia, juga bisa berkaca dari cerita-ceritamu itu karena negaraku juga tampak menunjukkan geliat yang sama akhir-akhir ini. Tidak sama persis, tapi ada aspek-aspek yang mirip. Selain itu, aku semakin iri dengan kepiawaianmu merangkai kata dan kalimat, mencipta cerita!